Menelisik Makam Patuan Bolatan, Sejarah Raja Memberontak Sultan

DSC_0004.JPG

Tak banyak warga kota Rantauprapat pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu pada umumnya yang mengetahui betul keberadaan makam dan kuburan di kawasan Pekan Lama, kecamatan Rantau Utara, Labuhanbatu. Kuburan tua yang ada disana, ditengarai sebagai Raja Rantauprapat. Meski kondisinya berada di dataran tinggi dan tak jauh dari permukiman dan komplek Perumahan warga, di Perumahan Puri, Rantauprapat, tapi keberadaan jarang mendapat perhatian masyarakat.

Tak ayal, ketika menyambangi dan berziarah ke lokasi perkuburan tua itu, penulis dapat menyaksikan langsung kondisi kekinian di makam itu. Fisik kuburan yang bertanggakan tujuh anak tangga itu sebagai symbol makamnya para raja. Tapi, kondisinya mengesankan keprihatinan. Tetumbuhan Semak belukar menjadi penghias makam yang konon dahulunya sebagai penguasa wilayah Rantauprapat itu ketika zamannya. Tanaman lumut mengelilingi dinding-dinding makam itu. Dedaunan yang jatuh dari pepohonan jelas menutupi fisik makam tersebut.

Sedikit mengalami perawatan dengan adanya pembangunan lantai dan jalan semen. Serta, rajinnya warga paragat nira pohon aren berkunjung ke lokasi itu. Meski demikian, kesan angker di lokasi perkuburan tak terasakan.

Di makam itu, dahulunya adalah sosok sang pencetus perlawanan terhadap Sultan Bilah ketika itu. Kini berada di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit milik warga. Bersama dua makam istrinya, makam sosok Patuan Bolatan harus menanggung kondisi rawan tergusur dan tergerus zaman. Dibutuhkan, kepedulian pemerintah dalam melestarikannya. Bahkan, menjadikannya sebagai cagar budaya.

 

Histori Patuan Bolatan

Melawan kebijakan dan kekuasaan kaki tangan’ Belanda, Raja yang bergelar Patuan Bolatan memilih menggelorakan jiwa patriotik. Dengan kekuasaan monarkinya yang mampu mengatur kerajaan-kerajaan di sepanjang Sungai Bilah, dia mengerahkan rakyat untuk membelokkan alur air sungai terpanjang di kawasan kabupaten Labuhanbatu tersebut. Rakyat dikerahkan menggali tanah. Proses penggalian alur sungai baru dilakukan. Dampaknya, arus sungai berpindah. Kebijakan ini, menyebabkan pasokan air ke hilir sungai Bilah mengalami pengurangan ketika itu. Wilayah kesultanan Bilah yang di hilir Sungai Bilahpun mengalami kekurangan air.

Menurut sejarah lokal, Raja Patuan Bolatan merupakan anak Raja Taromar. Dan, cucu Patuan Munthe. Sosok Patuan Bolatan memilih melakukan perlawanan terhadap kebijakan pihak Kolonial Belanda yang menghunjuk dan melantik Sultan Bilah sebagai penguasa di wilayah yang didomisili delapan kerajaan di kawasan sepanjang Sungai Bilah, Labuhanbatu dan dua kerajaan di hulu. Yakni kerajaan Marbau dan NA IX-X (sekarang wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara).

“Ya, Patuan Bolatan melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang dikeluarkan pihak Kolonial Belanda ketika itu,” ungkap Arifin Munthe, salahseorang keturunan Raja Dolok, ketika menjelaskan sejarah hidup sosok yang kini bermakamkan di kawasan Pekan Lama, Rantau Utara kabupaten Labuhanbatu, kemarin di Rantauprapat.

Menurutnya, perlawanan moyangnya tersebut didasari keberatan terhadap penunjukan dan penobatan Belanda terhadap Sultan Bilah sebagai penguasa di wilayah itu. Kata Arifin, sikap Patuan Bolatan menilai kebijakan itu merupakan kesalahan fatal yang dilakukan pihak Kolonial Belanda. Sebab, bukan merupakan keturuan para raja-raja yang berdomisili di sepanjang bantaran Sei Bilah. “Itu wanprestasi yang sudah dilakukan pihak Belanda ketika itu. Karena, raja-raja yang tinggal di bantaran Sungai Bilah tidak mau tunduk ke Sultan Bilah sekarang di Negeri Lama kecamatan Bilah Hilir, yang bukan keturunan raja,” bebernya.

Sikap perlawanan terhadap kesultanan Bilah itu juga berlangsung terus menerus bahkan diikuti para penerusnya. Tapi, sikap kerasnya itu, berujung pada ‘penculikan’ salah seorang cucunya. Akibatnya, Raja Lembang yang merupakan cucu Patuan Bolatan hilang tanpa diketahui rimbanya.

Tapi, dari sikap tegasnya itu membuat lemah pihak Kesultanan. Tak memilih banyak perlawanan, pihak Sultan justru mencari cara melakukan perdamaian. Memperjodohkan putrinya ke cucu Raja Patuan Bolatan pun dilakukan. Kesultanan Bilah memilih pendekatan. Sehingga, Sultan Bilah menjodohkan putrinya Tengku Maharani untuk dipersunting oleh Mangaraja Lela Setia Muda. Dan, islah nya kedua kekuatan ini menghasilkan kesepakatan menjadikan Mangaraja Lela Setia Muda sebagai penguasa dan raja. Api kemarahan Patuan Bolatan, akhirnya padam.

Berdirinya kerajaan-kerajaan di bantaran Sungai Bilah, Labuhanbatu sendiri sebenarnya memiliki hubungan erat dengan kerajaan di daerah Toba. Dimana, Patuan Munthe salahseorang Raja yang berasal Toba memiliki beberapa orang anak. Dan salahseorang putranya, yakni Raja Taromar. Raja Taromar, memilih merantau ke daerah Labuhanbatu. Sepeninggal perantauannya dari Toba, Raja Taromar memilih membangun kekuasaan di Labuan Jurung yakni daratan di bantaran Sungai Bilah yang kini masuk ke dalam wilayah Labuhanbatu di kecamatan Rantau Utara.

Memilih Labuan Jurung sebagai lokasi kekuasan karena di dasari banyaknya ketersediaan pangan. Khususnya, jumlah ikan jenis jurung yang ada di sungai itu. Raja Taromar membangun wilayah kekuasaannya sekitar tahun 1790 hingga awal tahun 1800an. Dari silsilah Raja Taromar ini, kemudian muncul cerita tentang Raja Patuan Bolatan. Yang merupakan cikal bakal berdirinya kota Rantauprapat.

Sementara, silsilah Raja Patuan Bolatan sendiri memiliki dua orang putra. Menurut Arifin Munthe, Patuan Bolatan memiliki penerus masing-masing Raja Muda dan Raja Dunia. Raja Muda memiliki kekuasaan di wilayah Sibuaya. Sedangkan Raja Dunia memiliki kekuasaan di Desa Tebing Linggahara. Raja Muda sendiri, memiliki beberapa orang putra dan putri. Para keturunannya itu diantaranya, Raja Sonja boru Munthe. Raja Maisyah boru Munthe. Raja Lembang. Mangaraja Lela Setia Muda dan Raja Bendahara Lelawangsa.

Selapan (delapan) kerajaan sendiri meliputi, Kerajaan Gunung Maria yang merupakan kekuasaan Raja bermarga Nasution dan bergelar Tuanku Ali Panjang Jenggot. Dan memiliki hubungan karena pernikahannya dengan putrid Raja Muda yakni Raja Sonja. Kerajaan Gunung Tinggi merupakan kekuasaan Raja Patuan Nalobi bermarga Ritonga. Kerajaan Janji kekuasaan Raja bermarga Nasution. Kerajaan Ringo-ringo dan Kerajaan Rantauprapat. Kerajaan Bandar Kumbul, Kerajaan Pinarik, Kerajaan Padang Laut.

Sedangkan anak kedua Raja Taromar yang merantau ke wilayah Kualuh (sekarang bahagian wilayah Labuhanbatu Utara) memiliki garis keturunan pendirian dua kerajaan. Yakni, kerajaan NA IX-X dan kerajaan Marbau.

Tinggalkan komentar